Halaman

Selasa, 01 Maret 2011

Di duga ANtraks menyerang boyolali

Lima Suspect  Warga Boyolali

SOLO – Dugaan penularan bakteri antraks kepada manusia di Dusun Tangkisan, Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, Boyolali, mulai mendekati kenyataan. Tim dokter RSUD Dr Moewardi menyatakan dari hasil pemeriksaan klinis pada diri lima suspect menunjukkan tanda-tanda positif. Namun tim dokter belum bisa memastikan kelima pasien ini 100 persen terinfeksi antraks. Pasalnya, hasil pemeriksaan laboratorium dari sampel nanah di Laboratorium Biomedika Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo belum diketahui.
“Pemeriksaan kelima pasien suspect anthrax tidak hanya dari laboratorium. Tetapi berdasar dua uji yaitu klinis dan laboratorium. Dari hasil uji klinis dapat dikatakan positif bakteri antraks yang menjangkiti suspect, Ini berdasar dari pengamatan kami terhadap pasien. Mulai dari interaksinya dengan hewan, orang yang menyembelih, orang yang memakan dagingnya, dan kondisi lingkungan yang ada di sana,” ujar Prof Dr J. Priyambodo MS dr SpMK, salah satu anggota tim dokter RSUD Dr Moewardi yang menangani kasus ini kemarin (28/2).
Priyambodo juga menambahkan, untuk uji laboratorium sendiri mengambil sampel kultur (cairan nanah dalam luka) dan sampel darah kelima pasien. Pada sampel kultur hasilnya belum dapat dikatakan negatif atau positif antraks. Tetapi bakteri yang masih dalam tahap dibiakkan ini memang mengarah ke antraks.
Namun Priyambodo menyatakan kemungkinan uji laboratorium negatif sangat besar. Mengingat kondisi kelima pasien ketika dibawa ke RSUD Dr. Moewardi hampir sembuh. Kemungkinan bakteri antraks yang semula berjangkit di luka kelimanya sudah tidak ada. Sedangkan untuk sampel darah, hasil pemeriksaan sampai saat ini belum bisa diketahui. Membutuhkan waktu selama lebih dari tiga pekan untuk mengetahui hasilnya.     
“Saya sebenarnya juga berharap bahwa empat orang pasien yang sudah pulang ke rumah  juga dirujuk ke sini. Sebab sekalian saja kasus ini kita tuntaskan semuanya. Kira-kira butuh waktu kurang lebih satu bulan untuk penyembuhannya. Sebab bila tidak ditangani secepatnya, bisa merambah ke organ lain,” paparnya.
Dokter Spesialis Mikrobiologis Klinis ini menyatakan untuk suspect yang bernama Anjariati, diduga kuat terserang pada bagian tenggorokan. Untuk itu, dia mendapatkan perawatan dan penanganan oleh ahli THT (telinga hidung tenggorokan). ”Kami menyarankan supaya masyarakat yang ada di sana dapat melindungi diri dengan menggunakan pelindung tangan ataun masker bila menyembelih hewan. Ini supaya bakterinya tidak mengenai luka. Di samping itu hewan harus dibakar dan diberikan kapur sebelum dikubur. Warga pun harus membersihkan kandang hewan dan tempat penyembelihannya,” paparnya.
Warga yang tinggal di daerah Kecamatan Klego, Boyolali, juga diimbau Priyambodo harus membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan, serta mencuci bersih sayur dan buah-buahan. Hingga saat ini bakteri antraks masih dapat ditangani dengan dengan antibiotik dan suhu panas yang tinggi. Akan tetapi, bila sudah membentuk spora, tak akan mati meski dimasak dengan suhu setinggi apa pun. Bentuk ini daya tahannya lebih kuat daripada bakteri.
Kasubbag Hukum dan Humas RSUD Dr Moewardi Mulyati juga berharap keempat suspect antraks yang sebelumnya sudah pulang diminta untuk kembali diperikas di Moewardi.“Pihak humas rumah sakit pun sudah berusaha mengontak sana. Akan tetapi oleh Pemkab Boyolali kami dianjurkan untuk mencari alamat dan mendatangi keempat pasien itu sendiri. Padahal mereka berempat juga ingin diperiksa dan dirujuk ke rumah sakit ini,” ujar Mulyati.
Untuk kelima pasien yang sudah berada di RSUD Dr. Moewardi, sementara ini termasuk ke dalam biaya pasien umum. Seluruh pengobatan akan dibayar sendiri oleh pihak pasien. Bila merasa tidak mampu, pasien harus menyertakan surat keterangan miskin dari kecamatan setempat. Bila surat ini sudah ada, maka pengobatan pun akan digratiskan.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Solo, Weni Ekayanti, juga menegaskan mengenai hasil sampel antraks lima suspect dari Boyolali tersebut. “Untuk sampel antraks dari Boyolali sebelumnya, telah didapat hasilnya jika organ hewan dan spora pada tanah hasilnya negatif semua. Jadi jangan khawatir mengenai hal ini. Sebab kami telah melakukan antisipasi terhadap masuknya hewan atau daging dari luar Solo. Kondisi di Solo ini aman. Jadwal vaksinasi pada hewan yang direncanakan pada Agustus pun, dimajukan pada Maret ini,” terangnya ketika ditemui Radar Solo usai rapat di Balaikota Solo (28/2).
Lanjut Weni, vaksinasi ini akan dipusatkan pada hewan ternak sapi dan kambing yang ada di peternakan-peternakan Solo. Terutama di sentra peternakan sapi Mojosongo. Namun, vaksinasi tidak dapat dilakukan pada hewan ternak yang sedang bunting. Sebab hal ini dapat memicu keguguran. Pada bulan ini ini pemeriksaan yustisi yang merupakan pemeriksaan rutin dari dispertan terhadap hewan ternak maupun unggas diadakan.    
“Mengenai masalah flu burung, kami sudah melakukan pantauan dengan koordinasi bersama Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo. Bahkan mulai hari ini (kemarin), penyemprotan disinfektan di pasar-pasar unggas juga dilakukan. Ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dalam waktu seminggu, dan tiap harinya kami akan menyemprotkan disinfektan sebanyak 1 liter,” ujar Weni.
Weni juga menambahkan bahwa antisipasi terhadap flu burung juga sangat ketat. Hal ini diwujudkan dengan adanya Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), yang harus menyertai hewan-hewan unggas yang keluar masuk Solo.
Seperti diberitakan koran ini sebelumnya, lima warga Dusun Tangkisan, Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, Boyolali, dirujuk ke RSUD Dr Moewardi Solo. Kelima orang ini diduga terjangkit bakteri antraks. Pemkab Boyolali sendiri sudah menetapkan kasus antraks Dusun Tangkisan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Kelima warga ini adalah  Ramelan, 70; Raminah, 60; Muhali, 65; Anjariati, 54, dan Sajidam 40. Sebenarnya ada sembilan orang yang diduga terjangkit antraks, namun empat orang lainnya sudah pulang ke rumah masing-masing. (es/jpnn)


Tidak ada komentar: